- Back to Home »
- Dia dan Negeri ini
Posted by : Asmar Tahirman
Selasa, 17 Mei 2016
Dia duduk dipertigaan jalan tanpa beralaskan apapun.
Kendaraan berlalu lalang didepannya. seakan-akan dia tidak ada ditempat itu.
Pada tangan kirinya dia memegang sebuah tongkat yang selalu menemaninya
menjelajahi pinggiran kota. Tangan kanannya memegang sebuah potongan karton
yang dia gunakan mengipas dirinya memberinya angin segar untuk menghilangkan
panas yang dia rasakan. Walaupun sekarang adalah dimalam hari. Tapi beginilah
kotaku diwaktu malam terasa panas dan diwaktu siang malah semakin panas. Mungkin
karena banyaknya kendaraan yang pemerintah tidak mampu mengontrolnya, serta
banyaknya gedung-gedung yang menjulang .
Dia tersenyum, mungkin karena tuhan masih memberinya waktu
untuk hidup. Mungkin karena tuhan memberinya kesempatan padahal dia sendiri tidak
memintanya. Sekali lagi dia tersenyum, senyumannya lebih lebar dari senyuman
yang sebelumnya. Untung dia tidak tau akhir-akhir ini kejahatan semakin
merajalela, korupsi menjadi hal yang biasa untuk para pejabat negeri ini.
Merampas hak-hak orang miskin. Yang dia pikir hanya menambah harta padahal
kecukupan telah ada padanya. Untung dia tidak tau negeri ini sangat gawat
darurat, kejahatan seksual terhadap anak merajalela. Di sumatera Yuyun telah
berpulang setelah 14 lelaki biadab memerkosa dan mengambil nyawanya. Bahkan
setelah ditangkap mereka tidak menyesali perbuatannya. Ditempat lain seorang
balita 2 setengah tahun diperkosa oleh seorang lelaki. Ini sungguh biadab.
Wajar jika negeri ini sedang gawat darurat. Sementara pemimpin-pemimpin negeri
ini sibuk melancong kesana kemari. Bahkan keluar negeri bersama keluarganya
yang katanya ini adalah tugas negara.
Lihatlah ada dua orang yang berbaik hati singgah dan membeli
keripik yang ia jual. Sepuluh ribupun ia dapatkan. Tapi kok dia tidak
tersenyum, dia malah menangis apakah
yang ia dapatkan hari ini tidak mencukupi
atau karena tuhan memberinya waktu untuk untuk hidup. Dia mengusap air
matanya. Sepertinya harapan datang kembali kepadanya. Dia melepaskan sepotong
karton ditangannya dan menyimpan diatas keranjang. Dia pun mengangkat keranjangnya dan berdiri,
serta memulai langkahnya untuk berkeliling pada malam ini untuk menari pembeli
keripik yang dia jual.