Posted by : Asmar Tahirman Kamis, 28 Oktober 2021

       Sejak tahun 2017 saya sudah memutuskan untuk tidak akan menghadiri acara wisuda. Alasannya karena tidak wajib dan tidak suka keramaian. Terlebih ternyata saya menyelesaikan studi ditahun ketujuh sehingga alasan untuk tidak hadir menjadi lebih besar. Apa yang perlu dirayakan bila ternyata studinya sampai tahun ketujuh.

      Meskipun memiliki prinsip untuk tidak hadir wisuda, tak lantas membuat saya memengaruhi yang lain untuk tidak ikut wisuda. Bagi saya hari wisuda merupakan hari yang perlu dirayakan. Terlebih untuk mahasiswa yang berasal dari kampung. Sarjana merupakan suatu pencapaian yang perlu untuk dirayakan.

       Berbeda dengan Ramah tamah, ditahun yang sama ketika memutuskan untuk tidak hadir di wisuda. Saya berpikir untuk hadir di acara ramah tamah. Alasannya ramah tamah merupakan tempat untuk berkumpul terakhir kali. Namun, saat proses membentuk panitia dan jalannya acara ada hal yang seharusnya tidak ada tetapi ternyata ada yakni biaya yang mesti dikeluarkan untuk ramah tamah mesti ada uang transport rektor dan rombongannya. Suatu hal yang sangat bertentangan dengan prinsip yang saya miliki. Beliau diundang sebagai rektor masa kita harus menyiapkan amplop sebagai uang transport dia. Besarannya memang tidak terlalu banyak yakni 100 ribu tetapi bila hal seperti ini dibiarkan maka akan menjadi budaya yang tidak baik. Jadi, sebagai bentuk ketidaksetujuan saya terhadap biaya tersebut saya memutuskan untuk tidak hadir. Kalau ada teman yang bertanya kenapa tidak hadir saya jawab malas karena perayaan seperti itu adalah ajang memalsukan keadaan yang sebenarnya. Mereka akan berbicara, memberikan sambutan tetapi nyatanya dilapangan banyak hal berbeda dari yang disampaikan.

 

Makassar 20 Oktober 2021

Leave a Reply

Terimah Kasih :). balik lagi yaah dipostinganku yg lain :)

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Hidup Mesti Merasa Hidup - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -