Diberdayakan oleh Blogger.
Archive for 2020
Ramadan yang Berbeda Bisa Jadi Ramadan yang Terbaik
Ramadan
yang Berbeda Bisa Jadi Ramadan yang Terbaik
Besok umat muslim akan merayakan hari kemenganan yaitu idul fitri.
Kemenangan setelah berhasil melawan hawa nafsu selama sebulan penuh. Kemenangan
yang diperoleh dengan upaya setiap diri individu. Besok sudah lebaran, tetapi
rasa dan kenangan awal menyambut Ramadan masih terasa. Pandemic corona membuat
semua umat muslim khawatir puasanya akan berbeda dari yang sebelumnya. Pandemi
memaksa kita untuk tidak melaksanakan agenda yang telah direncanakan sebelumnya
seperti buka puasa bersama, shalat tarawih berjamaah dan hal-hal baik lainnya. Pandemic
membuat kita pesimis akan menjalankan puasa yang sangat berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya. Hingga masuklah kita dibulan Ramadan dalam keadaan
pandemi masih ada bahkan tidak menunjukkan tanda akan menghilang.
Awalnya berat dan berbeda, tetapi seiring berjalannya waktu Ramadan
dengan pandemi membuat kita berpikir dan menyelami makna hidup dan makna bulan
Ramadan. Tanpa aktivitas normal diluar rumah, kita menjadi pribadi yang terus
memperbaiki diri didalam rumah. Bagaimana bacaan shalatku, bagaimana shalatku,
apakah telah benar dan baik ataukah masih terburu-buru. Bagaimana bacaan
Al-qur’an ku, dan berbagai bagaimana yang lain. Alhasil aktivitas dirumah menjadi
lebih khusyuk. Kita mulai memperbaiki sedikit demi sedikit kedekatan kita
dengan pencipta. Sampai akhirnya kita tersadar bahwa pandemi ini adalah salah
satu bentuk cobaan yang tujuannya membuat kita sadar akan semua nikmat yang
pencipta berikan dan mengevaluasi ibadah yang telah dilakukan selama ini. Terakhir, bisa jadi Ramadan yang berbeda
ini merupakan Ramadan yang terbaik selama kita hidup. Semoga hal-hal baik
yang telah diperbaiki dapat dipertahankan setelah Ramadan selesai dan setelah
pandemi ini terlewati. Amin Ya Rabbal Alamin.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H
Minal Aidin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Memulai Bersosial Media
Memulai
Bersosial Media
Facebook
Sepertinya facebook pertama kali saya gunakan saat menginjakkan kaki di
Madrasyah Tsanawiyah. Alasannya saya lupa, tetapi mungkin untuk terkenal saja
bahwa saya juga memiliki akun facebook. Pada waktu itu saya mengakses fb di
notebook teman. Bahkan kami berlomba untuk memiliki banyak teman. Setiap
harinya kami mengirimkan pertemanan ke banyak orang. Semakin banyak teman
semakin meningkatkan kepercayaan diri dan value diri. Namun, saat ini saya
tidak pernah lagi menggunakan fb. Terhitung sejak saya mulai mengerjakan
skripsi. Jauh sebelum itu saya telah memutuskan untuk jarang membuka fb dan
memutus pertemanan terhadap mereka yang saya tidak kenal. Saya beranggapan fb
saya gunakan untuk mengetahui perkembangan teman-teman saya. Jadi yang tidak
saya kenal harus saya berhentikan pertemanannya.
Twitter
Aplikasi ini mulai saya gunakan saat
menjadi siswa menengah atas. Alasannya juga saya lupa, hanya membuat, tetapi
jarang digunakan. Mungkin dulu dibuat hanya untuk meningkatkan value diri. Saya
pernah menggunakan foto profil yang berisi saya dan mantan saya. Seingat saya
foto itu saya jadikan profil saat sma. Tentunya saat kami masih memiliki
hubungan yang spesial. Setelah berpisah, saya tidak mengganti foto profil.
Alasannya karena saya memang waktu itu tidak menggunakan twitter lagi. Bahkan
mengira passwordnya telah saya lupa. Namun, karena menjadi wadah bagi “beberapa
orang” untuk mengetahui kehidupan masa lalu yang saya miliki. Saya memutuskan
untuk membukanya dan ternyata berhasil. Saya mengganti profil dan menghapus
beberapa tulisan yang layak untuk dihapus. Sama seperti facebook, saya kembali
tidak menggunakan twitter ketika memulai mengerjakan skripsi. Namun, corona
datang dan saya tidak memiliki aktivitas yang banyak. Jadi saya menggunakannya
kembali dengan tujuan mendapatkan informasi yang berbobot.
Instagram
Saya menggunakan instagram ketika menjadi ketua dalam sebuah organisasi.
Akun yang saya miliki pun dibuatkan oleh teman sesama pengurus. Katanya
“bagaimana orang lain mau mengenal dan mengetahuimu kalau kau tidak punya
instagram”. Jadi saya menerima tawarannya untuk membuatkan saya akun. Waktu itu
saya sangat sering memposting kegiatan organisasi sehingga teman saya
menganggap bahwa akun saya merupakan akun lembaga bukan akun pribadi, karena
isinya hanya kegiatan lembaga. Terhitung sampai sekarang, saya telah tiga kali
berhenti menggunakan instagram. (alasannya
berhenti dan mengapa menggunakannya kembali akan saya ceritakan ditulisan selanjutnya).
Line
dan Whatsapp
Line pertama kali saya gunakan sewaktu menjadi mahasiswa semester
pertama dan whatsapp ketika teman-teman angkatan mulai beralih menggunakannya
maka sayapun mulai menggunakannya juga. Line sangat bermanfaat untuk akses
berkomunikasi dalam organisasi dan kepanitiaan karena memiliki fitur note dan
album, sedangkan wa tidak. Namun, hari ini saya tidak mengirim pesan lagi
menggunakan line. Alasannya tidak ada orang yang mengirimkan pesan kepada saya.