Diberdayakan oleh Blogger.

Tidak Menghadiri Wisuda dan Ramah Tamah

       Sejak tahun 2017 saya sudah memutuskan untuk tidak akan menghadiri acara wisuda. Alasannya karena tidak wajib dan tidak suka keramaian. Terlebih ternyata saya menyelesaikan studi ditahun ketujuh sehingga alasan untuk tidak hadir menjadi lebih besar. Apa yang perlu dirayakan bila ternyata studinya sampai tahun ketujuh.

      Meskipun memiliki prinsip untuk tidak hadir wisuda, tak lantas membuat saya memengaruhi yang lain untuk tidak ikut wisuda. Bagi saya hari wisuda merupakan hari yang perlu driayakan. Terlebih untuk mahasiswa yang berasal dari kampung. Sarjana merupakan suatu pencapaian yang perlu untuk dirayakan.

       Berbeda dengan Ramah tamah, ditahun yang sama ketika memutuskan untuk tidak hadir di wisuda. Saya berpikir untuk hadir di acara ramah tamah. Alasannya ramah tamah merupakan tempat untuk berkumpul terakhir kali. Namun, saat proses membentuk panitia dan jalannya acara ada hal yang seharusnya tidak ada tetapi ternyata ada yakni biaya yang mesti dikeluarkan untuk ramah tamah mesti ada uang transport rektor dan rombongannya. Suatu hal yang sangat bertentangan dengan prinsip yang saya miliki. Beliau diundang sebagai rektor masa kita harus menyiapkan amplop sebagai uang transport dia. Besarannya memang tidak terlalu banyak yakni 100 ribu tetapi bila hal seperti ini dibiarkan maka akan menjadi budaya yang tidak baik. Jadi, sebagai bentuk ketidaksetujuan saya terhadap biaya tersebut saya memutuskan untuk tidak hadir. Kalau ada teman yang bertanya kenapa tidak hadir saya jawab malas karena perayaan seperti itu adalah ajang memalsukan keadaan yang sebenarnya. Mereka akan berbicara memberikan sambutan tetapi nyatanya dilapangan banyak hal berbeda dari yang disampaikan.

 

Makassar 20 Oktober 2021

Ramadan yang Berbeda Bisa Jadi Ramadan yang Terbaik


Ramadan yang Berbeda Bisa Jadi Ramadan yang Terbaik

     Besok umat muslim akan merayakan hari kemenganan yaitu idul fitri. Kemenangan setelah berhasil melawan hawa nafsu selama sebulan penuh. Kemenangan yang diperoleh dengan upaya setiap diri individu. Besok sudah lebaran, tetapi rasa dan kenangan awal menyambut Ramadan masih terasa. Pandemic corona membuat semua umat muslim khawatir puasanya akan berbeda dari yang sebelumnya. Pandemi memaksa kita untuk tidak melaksanakan agenda yang telah direncanakan sebelumnya seperti buka puasa bersama, shalat tarawih berjamaah dan hal-hal baik lainnya. Pandemic membuat kita pesimis akan menjalankan puasa yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hingga masuklah kita dibulan Ramadan dalam keadaan pandemi masih ada bahkan tidak menunjukkan tanda akan menghilang.
     Awalnya berat dan berbeda, tetapi seiring berjalannya waktu Ramadan dengan pandemi membuat kita berpikir dan menyelami makna hidup dan makna bulan Ramadan. Tanpa aktivitas normal diluar rumah, kita menjadi pribadi yang terus memperbaiki diri didalam rumah. Bagaimana bacaan shalatku, bagaimana shalatku, apakah telah benar dan baik ataukah masih terburu-buru. Bagaimana bacaan Al-qur’an ku, dan berbagai bagaimana yang lain. Alhasil aktivitas dirumah menjadi lebih khusyuk. Kita mulai memperbaiki sedikit demi sedikit kedekatan kita dengan pencipta. Sampai akhirnya kita tersadar bahwa pandemi ini adalah salah satu bentuk cobaan yang tujuannya membuat kita sadar akan semua nikmat yang pencipta berikan dan mengevaluasi ibadah yang telah dilakukan selama ini. Terakhir, bisa jadi Ramadan yang berbeda ini merupakan Ramadan yang terbaik selama kita hidup. Semoga hal-hal baik yang telah diperbaiki dapat dipertahankan setelah Ramadan selesai dan setelah pandemi ini terlewati. Amin Ya Rabbal Alamin.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H
Minal Aidin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Memulai Bersosial Media


Memulai Bersosial Media
Facebook
     Sepertinya facebook pertama kali saya gunakan saat menginjakkan kaki di Madrasyah Tsanawiyah. Alasannya saya lupa, tetapi mungkin untuk terkenal saja bahwa saya juga memiliki akun facebook. Pada waktu itu saya mengakses fb di notebook teman. Bahkan kami berlomba untuk memiliki banyak teman. Setiap harinya kami mengirimkan pertemanan ke banyak orang. Semakin banyak teman semakin meningkatkan kepercayaan diri dan value diri. Namun, saat ini saya tidak pernah lagi menggunakan fb. Terhitung sejak saya mulai mengerjakan skripsi. Jauh sebelum itu saya telah memutuskan untuk jarang membuka fb dan memutus pertemanan terhadap mereka yang saya tidak kenal. Saya beranggapan fb saya gunakan untuk mengetahui perkembangan teman-teman saya. Jadi yang tidak saya kenal harus saya berhentikan pertemanannya.

Twitter
     Aplikasi ini mulai saya gunakan saat menjadi siswa menengah atas. Alasannya juga saya lupa, hanya membuat, tetapi jarang digunakan. Mungkin dulu dibuat hanya untuk meningkatkan value diri. Saya pernah menggunakan foto profil yang berisi saya dan mantan saya. Seingat saya foto itu saya jadikan profil saat sma. Tentunya saat kami masih memiliki hubungan yang spesial. Setelah berpisah, saya tidak mengganti foto profil. Alasannya karena saya memang waktu itu tidak menggunakan twitter lagi. Bahkan mengira passwordnya telah saya lupa. Namun, karena menjadi wadah bagi “beberapa orang” untuk mengetahui kehidupan masa lalu yang saya miliki. Saya memutuskan untuk membukanya dan ternyata berhasil. Saya mengganti profil dan menghapus beberapa tulisan yang layak untuk dihapus. Sama seperti facebook, saya kembali tidak menggunakan twitter ketika memulai mengerjakan skripsi. Namun, corona datang dan saya tidak memiliki aktivitas yang banyak. Jadi saya menggunakannya kembali dengan tujuan mendapatkan informasi yang berbobot.

Instagram
     Saya menggunakan instagram ketika menjadi ketua dalam sebuah organisasi. Akun yang saya miliki pun dibuatkan oleh teman sesama pengurus. Katanya “bagaimana orang lain mau mengenal dan mengetahuimu kalau kau tidak punya instagram”. Jadi saya menerima tawarannya untuk membuatkan saya akun. Waktu itu saya sangat sering memposting kegiatan organisasi sehingga teman saya menganggap bahwa akun saya merupakan akun lembaga bukan akun pribadi, karena isinya hanya kegiatan lembaga. Terhitung sampai sekarang, saya telah tiga kali berhenti menggunakan instagram. (alasannya berhenti dan mengapa menggunakannya kembali akan saya ceritakan ditulisan selanjutnya).

Line dan Whatsapp
     Line pertama kali saya gunakan sewaktu menjadi mahasiswa semester pertama dan whatsapp ketika teman-teman angkatan mulai beralih menggunakannya maka sayapun mulai menggunakannya juga. Line sangat bermanfaat untuk akses berkomunikasi dalam organisasi dan kepanitiaan karena memiliki fitur note dan album, sedangkan wa tidak. Namun, hari ini saya tidak mengirim pesan lagi menggunakan line. Alasannya tidak ada orang yang mengirimkan pesan kepada saya.

- Copyright © Hidup Mesti Merasa Hidup - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -